HARGA DIRI RENDAH
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I
Oleh:
Lidya Veronika Habeahaan
(044.143.11.009)
Ramisa Solissa (044.143.11.011)
Riska Aprianti (044.143.11.012)
Siti Noor Azizzah Hasbullah
(044.143.11.014)
AKADEMI KEPERAWATAN
KEBONJATI BANDUNG
Jl.
Kawaluyaan No. 70 Soekarno Hatta Bandung
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini, juga kepada orang tua kami yang telah memberikan dorongan baik
moril maupun materil serta semangat kepada penyusun.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami tentang
“Harga Diri
Rendah”. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, mengingat pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki masih sangat terbatas. Oleh karena itu, Kami juga mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun semangat, agar kedepan kami bisa membuat
makalah dengan lebih baik. Dan kami berharap makalah ini akan bermanfaat bagi
kita, khususnya pembaca dan pihak yang
memerlukan pada umumnya. Semoga Tuhan memberikan
rahmat serta karunian-Nya kepada semua pihak yang telah turut membantu
penyusunan makalah ini .
Bandung, Mei 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di
zaman modern ini, globalisasi terjadi di berbagai bidang. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Selain berbagai kemudahan, pada zaman
modern ini juga memberikan banyak stresor bagi masyarakat. Stresor dapat
memengaruhi keadaan jiwa seseorang.
Harga
diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan
diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu
mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Harga
diri seseorang sangat dipengaruhi oleh individu itu sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat dan beberapa pengalaman in dividu. Seseorang
yang memiliki koping yang baik, maka ia akan mampu mempertahankan atau
meningkatkan harga dirinya.
B.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa
mengenai gangguan yang terjadi pada perkembangan psikologis. Sehingga mahasiswa
memiliki konsep belajar dan berfikir yang akan dijadikan belajar.
C. Sistematika
Penulisan
Makalah
ini tersusun dari tiga bab, yaitu:
1. Bab I
Pendahuluan
Bab ini
menguraikan tentang Latar Belakang, Tujuan dan Sistematika Penulisan
2.
Bab II Isi
Bab ini menguraikan tentang konsep dasar penyakit dan konsep dasar
asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah.
3.
Bab III
Penutup
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).
Harga
diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Harga
diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri
rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang
mengancam dan hubyngan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri berada di
rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif.
Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan secara negatif dan
menganggapnya sebagai ancaman.
Konsep diri
terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
1. Citra
tubuh (Body Image)
Citra
tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan
sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang
secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru
(Stuart & Sundeen, 1998).
2. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal
diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart &
Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita –
cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
3. Identitas
Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian
prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,
kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu (Stuart & Sundeen,
1998). Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung
sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
4. Peran
Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di
berbagai kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah peran
dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang
terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen, 1998).
5. Harga
Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu
tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang
berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart &
Sundeen, 1998.
B. Proses
Terjadinya Harga Diri Rendah
Penyebab
terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang
diberi pujian atas keberhasilannya. Saat dewasa kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima.
Ada
dua faktor yang menjelaskan tentang proses terjadinya harga diri rendah, yaitu:
1.
Faktor predisposisi terjadinya harga
diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis.
2.
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah secara situasional.
C. Etiologi
1. Faktor
Predisposisi
a. Perkembangan
individu yang meliputi :
1) Adanya
penolakan dari orang tua.
2)
Kurangnya pujian dan kurangnya
pengakuan dari orang tua.
3)
Anak menjadi frustasi, putus asa merasa
tidak berguna dan merasa rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu
dituntut untuk berhasil.
2) Tidak
mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat
menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
2. Faktor
Presipitasi
a. Gangguan fisik
dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa malu dan rendah
diri.
b. Pengalaman
traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan, penganiayaan fisik,
kecelakaan, bencana alam dan perampokan.
D. Tanda-tanda
Harga Diri Rendah
1.
Mengejek dan mengeritik diri sendiri.
2.
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum
atau menolak diri sendiri.
3.
Mengalami gejala fisik, misal: tekanan
darah tinggi.
4.
Menunda keputusan.
5.
Sulit bergaul dan menarik diri.
6.
Menghindari kesenangan yang dapat
memberi rasa puas.
7.
Perasaan tidak mampu dan penurunan
produktivitas.
8.
Banyak menunduk serta tidak mampu
menatap lawan bicara.
9.
Penolakan terhadap kemampuan diri.
E. Peran
Keluarga dalam Meningkatkan Harga Diri Klien
1.
Menjalin hubungan saling percaya.
2.
Memberi kegiatan sesuai kemampuan klien.
3.
Meningkatkan kontak dengan orang lain.
4.
Menggali kekuatan klien.
5.
Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran
dan perasannya.
6.
Bantu melihat prestasi, mengenal harapan
dan kemampuan klien.
7.
Bantu klien mengungkapkan beberapa
rencana menyelesaikan masalah.
F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
1.
Pengkajian
Pengkajian
meliputi beberapa faktor yaitu :
a. Faktor Predisposisi
Faktor yang
mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis.
b. Faktor Presipitasi
1) Keadaan stress, frustasi,
ketidakmampuan mencapai keinginannya, beban hidup yang terasa berat, kurangnya
pengetahuan individu tentang peran, dan bertambah atau berkurangnya orang
penting dalam kehidupan individu.
2) Perilaku:
a)
Mengejek dan mengeritik diri sendiri.
b)
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum
atau menolak diri sendiri.
c)
Mengalami gejala fisik, misal: tekanan
darah tinggi.
d)
Menunda keputusan.
e)
Sulit bergaul dan menarik diri.
f)
Menghindari kesenangan yang dapat memberi
rasa puas.
g)
Perasaan tidak mampu dan penurunan
produktivitas.
h)
Banyak menunduk serta tidak mampu
menatap lawan bicara.
i)
Penolakan terhadap kemampuan diri.
2.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Harga
diri rendah.
b.
Koping individu tidak efektif.
c.
Isolasi
sosial.
3. Perencanaan
a. Diagnosa Keperawatan I
1)
Tujuan
: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Kriteria evaluasi
:
a)
Ada
kontak mata.
b)
Mau
berjabat tangan.
c)
Mau
menyebutkan nama.
d)
Mau
duduk berdampingan dengan perawat.
e)
Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
3)
Intervensi :
a)
Sapa ramah klien (verbal, non verbal).
b)
Perkenalan diri dengan sopan.
c)
Tanya nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien.
d)
Jelaskan tujuan pertemuan.
e)
Jujur, menepati janji.
f)
Tunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya.
g)
Beri klien perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
b. Diagnosa Keperawatan II
1)
Tujuan : Klien
dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2)
Intervensi :
a)
Lakukan pendekatan yang hangat,
menerima klien apa adanya dan bersifat empati.
b)
Mawas diri dan cepat mengendalikan
perasaan dan reaksi diri perawat sendiri, misalnya rasa marah.
c)
Sediakan waktu untuk berdiskusi dan
bina hubungan yang suportif.
d) Beri waktu
untuk klien berespon pujian.
c. Diagnosa
Keperawatan III
1)
Tujuan : Klien
dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, dapat mengenal
perasaan, dapat
mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
2)
Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat
menerima kehadiran perawat.
b) Klien dapat
menyebutkan penyebab/ alasan menarik diri.
c) Klien dapat menyebutkan 2 dari
3 manfaat berhubungan dengan orang lain.
3)
Intervensi
:
a) Bina hubungan
saling percaya.
b) Kaji
pengetahuan klien tentang menarik diri.
c) Diskusikan
bersama klien tentang prilaku menarik diri.
d) Beri pujian
terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
e) Diskusikan
tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
f) Dorong dan
bantu klien berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
g) Beri pijian
terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang
lain.
4.
Evaluasi
a)
Harga diri klien
meningkat.
b)
Koping klien
menjadi efektif.
c)
Klien mulai
melakukan hubungan sosial secara bertahap.
5.
TAK Stimulasi Persepsi : Harga Diri
Rendah
Sesi
1 : Identifikasi Hal Positif pada Diri
Tujuan
a.
Klien dapat mengidentifikasi pengalaman
yang tidak menyenangkan.
b.
Klien dapat mengidentifikasi hal positif
pada dirinya.
Setting
a.
Terapis dank lien duduk bersama dalam
lingkungan.
b.
Ruangan yang nyaman dan tenang.
Alat
a.
Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.
b.
Kertas putih HVS dua kali jumlah klien
yang mengikuti TAK.
c.
Jadwal kegiatan klien.
Metode
a. Diskusi
b. Permainan
Langkah kegiatan
a.
Persiapan
1)
Memilih klien sesuai dengan indikasi,
yaitu klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.
2)
Membuat kontrak dengn klien.
3)
Memepersiapkan alat dan tempat pertemuan
b.
Orientasi
1)
Salam terapeutik
a)
Salam dari terapis kepada klien.
b)
Perkenalan nama dan pangilan terapi
(pakai papan nama).
c)
Menanyakan nama dan pangilan seua klien
(beri papan nama).
2)
Evalusai/validasi
a)
Menanyakan perasan klien saat ini.
b)
Menanyakan masalah yang di rasakan.
3)
Kontrak
a)
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan,
yaitu bercakap-cakap tentanh hal positif tentang diri sendiri.
b)
Menjelaskan aturan main berikut:
·
Jika ada klien yang ingin meningalkan
kelompok,harus meminta ijin kepada terapis.
·
Lama kegiatan 45 menit.
·
Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.
c.
Tahap kerja
1)
Terapis memperkenalkan diri: nama
lengkap dan nama pangilan serta memakai papan nama.
2)
Terapis membagikan kertas dan spidol
kepada klien.
3)
Terapis meminta tiap klien menulis
pengalaman yang tidak menyenangkan.
4)
Terapis memberi pujian atas peran serta
klien.
5)
Terapis membagikan kertas yang kedua.
6)
Terapis meminta tiap klien menulis
halpositif tentang diri sendiri : kemampuan yang di miliki, kegiatan yang bisa
dilakukan di rumah atau rumah sakit.
7)
Terapis meminta klien membaca hal
positif yang sudah di tulis secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan
giliran.
8)
Terapis memberi pujian pada setiap peran
serta klien.
d.
Tahap Terminasi
1)
Evaluasi
a)
Terapi menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK.
b)
Terapi memeberikan pujian atas
keberhasilan kelompok.
2)
Tindak lanjut: terapi meminta klien
menulis hal positif yang belum tertulis.
3)
Kontrak yang akan datang.
a)
Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu
melatih hal positif diri yang dapat di terapkan di rumah sakit dan di rumah.
b)
Menyepakati waktu dan tempat TAK
berikutnya.
Evaluasi
dan Dokumentasi
-
Evaluasi
Evaluasi di lakukan saat proses TAK
berlangsung, khususnya pada taha kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan
sesi 1, kemampuan yng di harapkan adalah mengetahui penyebab prilaku, mengenal
tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang di lakukan dan akibat prilaku
kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 1 TAK
Stimulasi persepsi : harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
san hal positif diri sendiri.
No.
|
Nama Klien
|
Menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
|
Menulis hal positif diri sendiri
|
1.
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
5.
|
|
|
|
6.
|
|
|
|
Petunjuk:
1.
Tulis nama pangilan klien yang ikut TAK
pada kolom nama klien.
2.
Untuk tiap klien, beri penilaian tentang
kemampuan untuk mengetahui penyebab prilaku kekerasan, tanda dan gejala yang di
rasakan, prilaku kekerasan yang di lakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri
tanda ceklis jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak mampu.
-
Dokumentasi
Dokumentsikan kemampuan yang
dimiliki
klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh : kien mengikuti sesi 1, TAT stimulasi persepsi harga
diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak
menyenangkan, mengalami kesulitan menyebutkan hal positif diri. Anjurkan klien
menulis kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan reinforcement
(pujian).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Harga
diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Tanda
dan gejala harga diri rendah diantaranya Mengejek dan mengeritik diri sendiri, Merasa
bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri dan Mengalami gejala
fisik, misal: tekanan darah tinggi.
Keluarga
berperan penting dalam meningkatkan harga diri klien dengan beberapa cara
sebagai berikut:
1.
Menjalin hubungan saling percaya.
2.
Memberi kegiatan sesuai kemampuan klien.
3.
Meningkatkan kontak dengan orang lain.
4.
Menggali kekuatan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Ana.
1992. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa. EGC: Jakarta.
Dadang, Hawari. 2001. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi.
Jakarta: FKUI.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.
Slots and casino site - Lucky Club Live
BalasHapusEnjoy our huge range of games: slots, video poker, live blackjack and so much more! All you need is a slot and casino website. We've got the most luckyclub slots and casino